Sore hari ini cerah. Taman di penuhi anak-anak bermain. Suasana taman mengingatkan Jodie dan Gilang saat kecil, seringkali mereka menghabiskan waktu di taman. Bahkan sekarang di usia mereka yang sudah remaja seperti ini pun mereka masih sering ke taman untuk sekedar duduk di bangku panjang sambil meminum ice cream.
Jodie dan Gilang melewati taman menuju ke kompleks perumahan yang tidak jauh dari taman. Di perumahan itulah mereka akan jogging untuk memantapkan fisik supaya kuat saat pendakian nanti.
Gilang dan Jodie mengenakan atasan putih dan celana pendek berwarna biru langit. Hal yang sama sekali tidak direncanakan oleh mereka berdua.
"Ehh kok baju kita samaan sih?" Gilang tidak percaya. Bahkan lihatlah, Jodie menggunakan topi berwarna pink, dan Gilang menggunakan topi berwarna biru.
"Lo yang ngikut-ngikutin gue ya?" Jangankan Gilang, Jodie saja terkejut saat mengetahui mereka mengenakan pakaian yang nyaris sama.
"Mana gue tahu, Jod. Sana lo ganti baju! Entar dikira orang pacaran lagi kita berdua." Ujar Gilang seraya mendorong Jodie masuk ke dalam rumah.
Persis di depan pintu rumah saat Jodie akan membuka pintu, ibu keluar membawa segelas teh hangat lalu terheran melihat Gilang mendorong Jodie, sedangkan Jodie yang di dorong tidak melakukan perlawanan sedikitpun.
"Mau ngapain kalian? Ga jadi larinya?" Tanya ibu
"Ini mau lari kok, Bu. Jodie mau ganti pakaian dulu."
Jodie baru akan masuk ke rumah jika saja ibu tidak melarangnya.
"Halaahhh. lari saja mesti ganti baju berkali-kali. Sudah sana kalian berdua lari. Nanti keburu gelap."
Jodie mengurungkan niat ganti bajunya, kemudian melihat ke arah Gilang, mengangkat alis pertanda meminta solusi.
"Yaudah deh gitu aja." Gilang tidak mau melawan ibu.
Gilang melihat ibu yang sedang berjalan ke arah kursi teras "Bu, kami pamit lari yaa"
"Iya. Kalian hati-hati." Sahut ibu sambil meletakkan gelas teh ke atas meja.
"Iya. Kalian hati-hati." Sahut ibu sambil meletakkan gelas teh ke atas meja.
***
Gilang dan Jodie sudah jogging di sekitar komplek perumahan. Suasana perumahan sepi, hanya beberapa kendaraan lalu-lalang di sekitar perumahan
Gilang mengikuti tempo berlari Jodie yang pelan. Ini jogging pertama yang Jodie lakukan setelah beberapa bulan. Jodie memang malas olahraga, berbeda dengan Gilang yang berolahraga hampir setiap hari.
"Break dulu donk! Capek gue." Tanpa menunggu jawaban Gilang, Jodie sudah menghentikan larinya kemudian berjalan perlahan-lahan.
Jodie meneguk air mineral yang ia bawa dalam botol kecil. Ia merasa tenggorokannya kering, dan tubuh sudah dipenuhi keringat.
"Kita baru lari 1,7 km loh!" Ucap Gilang memberitahu Jodie.
"1,7 km what???" Jodie terkejut. "Jadi gue baru lari 1,7 km? OMG gue kira udah berapa kilo kek." Jodie mengusap dahi. Jodie udah lelah banget.
"Iya baru segitu." Gilang memperlihatkan aplikasi pencatat lari di handphonenya.
"Kita baru boleh pulang kalo hari ini sudah lari 4-5 km. Mulai hari ini kita akan olahraga seperti ini rutin yaaa. Oke?" Gilang menanyakan kesiapan Jodie.
Jodie hanya bisa mengangguk pasrah. "Tapi istirahat dulu yaa!""
Gilang hanya mengangguk. Sebenarnya ia tidak tega melihat Jodie kelelahan seperti ini. Ahh tapi Gilang tidak boleh kasihan. Ia harus mengesampingkan perasaan tidak teganya. Ucapan ibunya Jodie kemarin benar. Jodie harus menyiapkan fisiknya.
Di persimpangan perumahan ada warung kecil yang dipenuhi jajanan. di pojok warung ada minuman dingin tersusun rapi. Jodie yang melihat itu langsung kegirangan. Tanpa menghiraukan Gilang, ia berjalan lebih cepat ke warung, mengambil satu minuman dingin, kemudian memilih duduk di kursi panjang warung.
Gleg gleg gleg. "Ahhhh!" Jodie merasakan oase di kerongkongannya.
Gilang yang ditinggalkan oleh Jodie hanya bisa geleng-geleng melihat Jodie yang berjalan ke warung seperti menemukan harta karun yang berharga. Gilang mengikuti Jodie dari belakang kemudian duduk di bangku panjang depan Jodie.
Gleg gleg gleg. Gilang meminum minuman dingin Jodie.
"Iiiihhhhh. itu kan minuman gue!" Jodie menarik minuman tersebut dari tangan Gilang. Hanya tersisa seperempat botol lagi. Bibir Jodie manyun melihat minumannya yang hampir saja dihabiskan oleh Gilang jika saja Jodie tidak merebutnya.
"Iya gue tau itu minuman lo. Sini!" Gilang kembali mengambil minuman tersebut dari tangan Jodie. Secepat kilat, minuman sudah berada di tangan Gilang.
Gleg gleg gleg. Gilang memberikan botol minuman yang sudah kosong ke Jodie.
Jodie yang kesal menendang-nendang kaki Gilang di bawah meja. Gilang yang tidak menyadari hanya bisa mengaduh. Jodie menjulurkan bibirnya pertanda meledek. Meledek menang.
Tidak terasa mereka menghabiskan waktu lama di warung tersebut. Jodie sudah menghabiskan beberapa gorengan disana. Sebenarnya Jodie ingin bakso, tetapi di warung tersebut hanya ada gorengan, mie instan, dan sembako untuk keperluan sehari-hari.
"Lang, larinya lanjut besok aja yaa!" Jodie mengatakan itu dengan nada yang dibuat manja. Gilang sudah tahu betul, jika Jodie menginginkan sesuatu, dia akan memanjakan ucapannya.
"Iyaaaaaa. Besok 5 km yaa." Gilang sudah tidak mungkin memaksa Jodie untuk melanjutkan larinya dengan kondisi sudah makan seperti ini.
"Siap!" Jodie menjawab santai.
Gilang mendekatkan wajahnya ke Jodie "5 km, ga pake mampir ke warung, ga pake alasan!"
"Iyaaaaaa baweeellll!!" Ucap Jodie seraya menarik topi Gilang gemas.
"Mas dan Mbaknya romantis ya!" Gilang dan Jodie terkejut. Jodie berhenti menarik-narik topi Gilang. Mereka refleks menghadap ke sumber suara, si ibu penjaga warung.
"Orang itu biasanya pacaran ke mall, ke taman gitu. Kok Mas dan Mbak malah lari-larian di perumahan?" Si ibu mengucapkan itu seraya terkekeh.
Gilang dan Jodie yang mendengar itu hanya bisa tersenyum, tidak menjawab pertanyaan si ibu warung. Mereka juga bingung mau menjawab apa. Kan mereka tidak berpacaran seperti yang ibu warung kira.
"Ini pasti gara-gara baju kita samaan nih!" Ucap Jodie pelan, ga enak di dengar si ibu warung.
"Lo sih. Coba kalo lo tadi ganti pakaian dulu!" Ucap Gilang menyalahkan Jodie. Gilang juga berbicara pelan-pelan.
"Ihhh kok salah gue? Jelas-jelas gue mau ganti baju, tapi sama ibu di suruh langsung lari aja!" Jodie memanyunkan bibirnya, tidak terima disalahkan oleh Gilang.
Jodie berdiri dari tempat duduknya, mengambil satu lagi minuman dingin.
"Sayang! yuukk pulang." Ucap Jodie setengah berteriak, membuat Gilang terkejut.
"Sekalian tolong bayarin minuman dan makanan gue ya, Sayang! gue lupa bawa uang nih" Jodie mengucapkan itu dengan santai. Tentu saja ia menyebut Gilang dengan panggilan sayang ada maunya, supaya Gilang mau membayari minuman dan makanannya.
Jodie yakin Gilang tidak akan langsung memarahinya di depan ibu warung dan pembeli yang lain. Toh ibu warung juga sudah mengira mereka berpacaran. Yesss!!! Jodie merasa menang.
"Sialan! gue dikerjain" Gilang menggerutu dalam hati sambil merogoh uang di saku celananya. Ia melihat Jodie mencibirkan bibirnya, cibiran kemenangan.
Setelah proses bayar membayar selesai. Gilang dan Jodie langsung meninggalkan warung. Jodie keluar warung dalam suasana hati penuh kemenangan. Sedangkan Gilang sebaliknya. Rasanya ia ingin mengajak Jodie kembali berlari dan melihat Jodie kembali berkeringat, lalu kelelahan, kemudian Jodie meminta istirahat ke Gilang tapi tidak Gilang penuhi. Rasanya Gilang ingin melakukan itu.
Jodie dan Gilang berjalan pulang ke rumah. Ia tidak melakukannya. Tetap saja ia tidak tega. Walaupun Jodie seringkali menjahilinya, Gilang percaya itu karena kedekatan mereka. Gilang yakin Jodie melakukan itu semua karena perasaan nyaman Jodie kepada Gilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar