Siapa disini yang kalo ke minimarket depan gang aja kudu naik motor? Atau mager banget buat yang namanya jalan kaki buat beli makanan di warteg depan gang. Padahal masih muda, kaki masih kuat, fisik juga masih sehat. Tapi kok ya malas banget buat jalan kaki (ngomelin diri sendiri).
Dulu aku gitu gengs. Tapi sekarang bisa dibilang aku adalah pejalan kaki dan pengguna angkutan umum maniac. Apalagi sejak motor aku di rantauan ini aku jual (Tahun 2015), fix kemana-mana berteman dengan busway, KRL, angkot, juga ditambah transportasi yang terbaru yaitu MRT.
Sisanya selagi bisa jalan kaki, aku mending jalan kaki. Yaaa itung-itung menghemat pengeluaran. Secara anak rantau apa-apa diperhitungkan.
Selain itu ada alasan kuat lainnya, yaitu jalan kaki membuat kakiku kuat. Setidaknya kakiku enggak manja pas diajak jalan ke gunung atau backpackeran.
Kemacetan di Ibukota, salah siapa?
Selain untuk kesehatan tubuh, ada lagi manfaat naik angkutan umum dan jalan kaki yang secara ga langsung ada pengaruhnya buat orang banyak, yaitu mengurangi kemacetan dan mengurangi polusi udara.
Apalagi kalo ngeliat kondisi jalanan ibukota dan udaranya sekarang. Duuhhh.
Menurut Vice President Corporate Development PT Pertamina Lubricants, Mohamad Zuchri, jumlah kendaraan roda dua di Indonesia saat ini telah mencapai 137,7 juta unit. Sedangkan menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah kepemilikan mobil di Indonesia telah mencapai 24,6 juta unit, yang terdiri dari 15,8 juta unit mobil penumpang, dan 8,8 juta bus + truk. (Viva, 11/3/2019).
Kendaraan pribadi dari tahun ke tahun semakin melonjak jumlahnya, dimana jumlah kendaraan pribadi tidak berbanding lurus dengan infrastruktur yang memadai. Hal ini mengakibatkan kemacetan dimana-mana.
Pokoknya ada yang parkir sembarangan, macet.
Ada putar balikan, macet.
Ada kecelakaan, macet.
Ada pusat perbelanjaan, macet.
Duhhh.
Bicara tentang kemacetan ibukota itu ga ada habisnya. Berbagai opini silih berganti timbul. Banyak warga ibukota mengeluhkan kemacetan yang dialami setiap hari, tetapi sayangnya mereka sendiri ikut andil terhadap kemacetan tersebut. Mereka mengeluhkan macet diatas motor atau mobil yang mereka naiki. Tidak solutif.
Banyak pengguna kendaraan pribadi yang tidak mau beralih ke transportasi massal, tetapi menyalahkan pemerintah atas kemacetan yang terjadi. Tidak dapat dipungkiri bahwa kendaraan memang sangat penting saat ini, bahkan dijadikan kebutuhan wajib setiap orang. Malah ga sedikit dari masyarakat mempunyai kendaraan lebih dari satu. Hal itu juga yang menyebabkan timbulnya kemacetan di jalan raya.
Udara Jabodetabek yang Semakin Tidak Layak
Pada Minggu, 14/7/2019 Jakarta masih masuk dalam tiga besar daftar kota dengan kualitas udara tidak sehat atau terburuk di dunia berdasarkan indeks kualitas udara situs Air Visual. Ini jelas bukan kebanggaan. Ini adalah masalah ibukota yang tidak bisa diselesaikan hanya oleh pemerintah.
Mengenai kualitas udara ini aku sudah cek sendiri ketika beberapa waktu yang lalu sedang berada di Tangerang. Aku yang melihat udara Tangerang yang ga ada bening-beningnya akhirnya iseng-iseng cek kualitas udara disana. Ternyata kualitas udaranya bikin shock. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah yang udaranya tercemar bukan hanya di ibukota Jakarta saja.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pernah mengungkapkan menurunnya kualitas udara Jakarta belakangan ini disebabkan oleh tiga faktor yakni polusi kendaraan, pembangunan, dan musim kemarau. Nah loh polusi kendaraan ikut andil terhadap kualitas udara di ibukota.
Ayo Beralih Naik Transportasi Umum dan Berjalan Kaki
Sudah beberapa tahun belakangan ini aku menjual motorku dan beralih menggunakan transportasi umum. Awal-awalnya memang terasa aneh karena terbiasa yang kemana-mana bawa motor sendiri.
Tapi lama kelamaan terbiasa dan malah betah buat naik transportasi umum, apalagi jarak jauh. Ditambah lagi transportasi umum sekarang jauh lebih nyaman dan aman jika dibandingkan dengan transportasi umum jaman dulu.
Belakangan ini, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) begitu gencarnya mengajak masyarakat untuk beralih menggunakan transportasi umum. Seperti saat lagi berada di sekitar Sudirman, aku melihat langsung bagaimana BPTJ mengkampanyekan #JalanHijau kepada masyarakat.
Melalui kampanye tersebut, BPTJ menargetkan supaya semakin banyak orang yang menggunakan transportasi umum. Selain mengurangi kemacetan, menggunakan transportasi umum juga membuat fisik lebih sehat karena membuat sehat dengan berjalan kaki.
BPTJ mengajak masyarakat menggunakan transportasi umum karena kondisi polusi udara Jakarta yang makin parah. Seperti yang sudah aku jelasin sebelumnya, diketahui berdasarkan pemantauan situs Air Visual, kondisi udara Jakarta hampir selalu tidak sehat.
Aku yang kebetulan lagi ada disitu akhirnya ikut mengisi kuesioner yang berhubungan dengan layanan serta fasilitas pejalan kaki serta transportasi umum.
Nah gengs, sekarang udah tahu kan bagaimana dampak transportasi pribadi buat lingkungan? Jadi jangan ngeluh lagi ya kalo kalian terjebak macet tapi kaliannya aja naik kendaraan pribadi.
Kalo ga mau terkena macet, ayo kita beralih dari sekarang. Supaya jalanan ibukota menjadi lebih lancar dan udara ibukota menjadi lebih bersih.