Pasti kamu udah gak asing dengan penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue). DBD ini adalah penyakit yang seringkali disepelekan oleh beberapa orang. Hal ini karena pada awal infeksi, gejalanya mirip dengan flu biasa sehingga sering tidak dianggap serius. Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, DBD bisa menjadi kondisi yang berbahaya.
Sebagai seorang ibu, aku dituntut untuk harus lebih mawas diri supaya paham dengan gejala DBD dan bisa bersikap dengan cepat dan tepat supaya tidak salah langkah dalam mengobati anak.
Apa itu Demam Berdarah Dengue?
Demam berdarah dengue yakni penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi. Seseorang yang terinfeksi virus dengue tidak akan menularkan penyakit ini langsung kepada orang lain. Untuk terinfeksi, seseorang harus digigit oleh nyamuk yang terinfeksi dan kemudian virus dengue tersebut masuk ke dalam tubuh melalui gigitan tersebut.
Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat kejadian demam berdarah yang cukup tinggi di dunia. Tercatat ada kenaikan signifikan pada Januari 2024 sebanyak 21.616 kasus, dimana sebelumnya pada Desember 2023 < 5.000 kasus. Kematian DBD juga meningkat dari yang sebelumnya < 50 kematian pada Desember 2023 menjadi 154 kematian pada Januari 2024.
dr. Imran Pambudi, MPHM, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan RI, menyatakan bahwa untuk mencapai target nol kematian akibat dengue di tahun 2030, diperlukan peran aktif seluruh lapisan masyarakat “Sangat krusial untuk membangun sebuah sinergi yang kuat antara sektror publik, yaitu pemerintah, dan sektor swasta. Blueprint-nya sudah ada, yaitu Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025. Namun demikian, implementasi pengendalian dan pencegahan harus dilakukan di tingkat terkecil, yaitu keluarga. Semakin banyak keluarga bergerak, maka akan membantu kita mendekati target <10/10.000 penduduk.”
Dr. Imran menambahkan bahwa saat ini beberapa daerah telah menetapkan status Kondisi Luar Biasa (KLB) Dengue, “Implementasi 3M Plus masih memegang peran yang sangat krusial dalam pengendalian kasus DBD di Indonesia. Sampai dengan minggu ke-11 tahun 2024, terdapat 35.556 kasus DBD di Indonesia dengan 290 kematian. Di bulan Maret ini saja, beberapa daerah sudah menetapkan KLB, seperti Jepara, Enrekang, Kutai Barat, Lampung Timur, dan Kab Nagekeo. Oleh karena itu, pemerintah tidak pernah bosan untuk terus menekankan pentingnya 3M Plus, dan termasuk mempertimbangkan pencegahan inovatif seperti Wolbachia dan vaksin DBD.”
Cara pengobatan DBD pada bayi benar-benar harus dipahami orang tua karena penyakit ini merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di sebagian negara Asia, termasuk Indonesia. Pada bayi, gejala DBD biasa muncul seperti berikut :
- Demam tinggi mulai dua hingga tujuh Suhu demam bervariasi dari mulai 39oC hingga 41oC (derajat Celcius).
- Gangguan pencernaan yang disertai dengan nyeri perut, mual, dan muntah.
- Sama sekali tidak mau menyusu dan nafsu makan berkurang secara drastis.
- Selalu terlihat mengantuk.
- Tanpa disadari, bayi jadi jauh lebih rewel dibandingkan biasanya.
- Muncul ruam pada kulit.
- Demam disertai gusi berdarah atau mimisan.
- Terdapat darah pada muntah, urine, atau kotoran.
- Mengalami sesak napas.
Untuk membentuk pondasi yang kuat supaya bisa terhindar dari DBD, Takeda dan Kementerian Kesehatan menyusun program kerja bersama dan meluncurkan Kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD, yang bertujuan mengajak lebih banyak masyarakat untuk semakin memahami tentang DBD beserta tindak pencegahan, termasuk memberikan edukasi seputar upaya preventif yang inovatif, seperti Wolbachia dan vaksinasi. Kampanye ini kemudian diperkuat dengan berbagai serangkaian dialog, baik dengan para pembuat kebijakan, maupun komunitas sosial, untuk mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan DBD di Indonesia.
“Selain melalui program ini, komitmen kami dalam pencegahan DBD juga kami wujudkan melalui partisipasi kami sebagai salah satu anggota pendiri Koalisi Bersama (KOBAR) Lawan Dengue, yang digagas oleh Kaukus Kesehatan DPR RI dan Kementerian Kesehatan. Untuk itu, kami berterima kasih kepada PR Indonesia yang telah merekognisi upaya pencegahan DBD yang kami lakukan. Tentunya, saya juga ingin berterima kasih kepada Kementerian Kesehatan RI untuk komitmen yang luar biasa, para mitra, dan yang tidak kalah penting adalah seluruh karyawan Takeda di Indonesia, yang atas dedikasi dan kerja keras merekalah, kami bisa mendapatkan penghargaan ini,” tutup Andreas.
PR Indonesia Awards (PRIA) 2024 merupakan ajang kompetisi yang menilai kinerja kehumasan/PR di Perusahaan Swasta Nasional & Multinasional, BUMN, Anak Usaha BUMN, BUMD, Pemerintah Kota/Kabupaten/ Provinsi, Lembaga, Kementerian, dan Perguruan Tinggi. Kompetisi ini menilai karya kreatif/program/pencapaian PR terbaik korporasi/instansi sepanjang Januari—Desember 2023. Tahun 2024 merupakan tahun ke-9 penyelenggaraannya dan telah menerima sejumlah 699 karya dari 219 institusi dan perusahaan dari berbagai industri dengan kategori yang berbeda, yaitu PR Program, Crisis Management, Owned Media, Digital Canal, Annual Report, PR Department, dan CSR Communications.
Pada sesi talkshow, dr Alvin menambahkan bahwa cara memberantas nyamuk demam berdarah bukan lagi dengan cara fogging, namun lebih efektif dengan satu rumah satu Jumantik. Hal tersebut diamini juga oleh dr Ngabila. dr Ngabila menjelaskan bahwa demam berdarah bisa terjadi berulang dan semua orang berisiko terkena dengue tanpa memandang usia, di mana mereka tinggal, atau gaya hidup.
Hingga sekarang belum ada pengobatan khusus untuk demam berdarah dengue. Langkah pertama jika mengalami demam berdarah dengan gejala seperti demam, mual, pusing dan badan nyeri, segera lakukan pemeriksaan ke puskesmas terdekat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar