Curug Cikuluwung emang lagi famous sih belakangan ini. Di explore instagram, postingan teman, hingga beberapa akun komunitas traveling silih berganti memposting keeksotisan yang membuat aku jadi makin penasaran sama curug ini.
Rejeki bertepuk dua tangan. Ulut ngejapri ngajakin odt-an (one day trip) ke Curug Cikuluwung. Kondisinya itu udah kayak orang yang lagi ngiler pengen es tong-tong, ehh di depan kontrakan ada suara gong tong-tong gituu. (Disini ada yang tau es tong-tong ga ya? Kayaknya aku salah kasih perumpamaan deh. HeuHeuHeu)
Rejeki bertepuk dua tangan. Ulut ngejapri ngajakin odt-an (one day trip) ke Curug Cikuluwung. Kondisinya itu udah kayak orang yang lagi ngiler pengen es tong-tong, ehh di depan kontrakan ada suara gong tong-tong gituu. (Disini ada yang tau es tong-tong ga ya? Kayaknya aku salah kasih perumpamaan deh. HeuHeuHeu)
Aku yang nyatanya ngangenin gampangan ini langsung aja mengiyakan ajakan tersebut. Ga pake waktu lama, aku langsung terhempas ke grup yang isinya orang-orang yang mau ke Curug Cikuluwung.
Oemji ternyata yang mau ikut banyak juga wkwk. Yaaa walau dipikir-pikir emang wajar juga sih, lah wong sharecostnya aja cuma Rp.80.000 udah termasuk sewa angkot dari Stasiun Bogor ke lokasi PP, tiket masuk 2 curug, dan biaya parkir. Wagelaseh itu murah banget yee kan?
Oemji ternyata yang mau ikut banyak juga wkwk. Yaaa walau dipikir-pikir emang wajar juga sih, lah wong sharecostnya aja cuma Rp.80.000 udah termasuk sewa angkot dari Stasiun Bogor ke lokasi PP, tiket masuk 2 curug, dan biaya parkir. Wagelaseh itu murah banget yee kan?
***
Jam 08.10 WIB aku udah di Stasiun Bogor, bertemu teman-teman yang lain, berkenalan dengan beberapa orang karena ada sebagian yang belum kenal, kemudian sarapan bareng sambil nunggu personil yang masih di kereta.
Aku sebenarnya lagi off naik gunung, off ngetrip, off olahraga, jadii ngerasa kalo fisik lagi bener-bener ga bagus. Naik tangga JPO ke kantor aja engapnya naudzubillah. Aku ngebayangin kalo Curug Cikuluwung itu berada di hutan entah barantah yang kudu trekking, sedangkan kondisi fisik lagi letoy se letoy-letoynya. Alhasil aku bawa trekking pole lipat, terus aku masukin ke daypack yang aku pake.
"Hah, serius kamu bawa trekpol?"
"Lah iyaaa, takut ga kuat aja."
"Ihh, orang curugnya ga jauh kok!"
Karena aku tetap mau ambil aman, apalagi ga ada dia yang bisa nyemangatin aku saat lagi capek, aku mutusin untuk tetap bawa trekpol.
Itin yang sudah dirilis berubah jadwal. Dari rencana awal jalan jam 8 pagi, akhirnya kami jalan jam 9 pagi karena ada teman yang jalannya dari planet lain, kudu melintasi Jakarta dulu, baru memasuki kota hujan ini.
Ohh iya, di perjalanan ini kami menggunakan angkotnya Ulut. Sebelumnya memang sudah biasa menyewa angkotnya doi sih, seperti perjalananku saat camping di Suaka Elang Loji beberapa waktu lalu.
Alasan menggunakan angkot Ulut selain karena menggunakan angkot cenderung lebih murah, juga karena Ulut mengetahui berbagai lokasi wisata hingga ke pojok-pojok Bogor. Buktinya saja aku bisa explore Cikuluwung hanya dengan sharecost 80ribu. Gilaaa anak kost mah tau banget yang mana trip hemat kantong. HeuHeuHeu lagi.
***
Dua angkot beriringan melaju meninggalkan Stasiun Bogor menuju Kampung Suka Asih, Desa Cibitung Wetan, Kecamatan Pamijahan, Bogor. Curug Cikuluwung ini berada tidak jauh dari rumah-rumah warga. Setelah angkot yang kami tumpangi tiba di parkiran, kami turun dan berjalan kaki melewati rumah-rumah warga hingga akhirnya kami melihat gerbang selamat datang di Curug Cikuluwung 1.
Walaupun melewati gang-gang rumah warga, tetapi petunjuknya jelas, warganya juga ramah-ramah. Jalur yang berupa jalanan datar membuat trekpolku ga berfungsi disini. Bahkan hingga pulang, trekpol justru enggak aku gunain sama sekali. Kok yaa aku jadi nyesel bawanya, ngeberat-beratin tas aja wkwk.
Kami tiba di gerbang selamat datang saat waktu sudah hampir mendekati Dzuhur. Yaudah akhirnya kami memutuskan untuk ishoma terlebih dahulu. Di sekitar loket curug terdapat gazebo-gazebo untuk beristirahat, juga warung dengan berbagai pilihan makanan.
Karena makan tidak termasuk dalam sharecost, aku dan Wiwit memutuskan untuk membeli makan siang disini. Awalnya aku mikir harganya akan mahal. Secaraaa... ini daerah wisata yang lagi famous gituu kannn. Ehh ternyata enggak cuy. Harganya masih sesuai dompet.
Setelah selesai ishoma, kami mulai meniti menuruni anak tangga menuju Curug Cikuluwung 1. Biaya tiket yaitu Rp.10.000/orang, ini sudah termasuk sharecost. Sebenarnya dari gerbang pembelian tiket menuju curug tidak jauh, hanya turun tangga saja. Karena tangganya tinggi dan lumayan licin, jadi kami memang harus berhati-hati. Untungnya ada pengelola curug yang berjaga-jaga, memastikan kami ga terpeleset atau terjatuh.
"Curugnya bagusss." Itu penilaianku saat pertama memijakkan kaki ke bebatuan curug. Bebatuan besar nan eksotis semakin mempercantik keindahan curug. Air terjun dengan tinggi sekitar 10 meter jatuh ke kolam alami yang biasa warga sekitar sebut leuwi, airnya yang jernih bener-bener nyegerin mata.
![]() |
Pesona Curug Cikuluwung 1 Sumber foto : akun ig @dede_ulut |
Kemudian bebatuan tinggi seolah membelah serupa cekungan, dan kamiii berada di antara dua bebatuan besar yang cantik. Bebatuan tersebut bersusun dari pangkal air terjun memanjang hingga berpuluh-puluh meter ke belakang menjadi pelengkap kecantikan Curug Cikuluwung 1.
Sayangnya (dikit-dikit pake sayang eaaa), leuwi yang berada persis di bawah air terjun ini tidak boleh digunakan untuk berenang karena cerita masyarakat yang beredar. Cerita ini aku tahu dari Pak Musa, warga yang juga menjadi pengurus curug. Di saat makan siang di warung tadi, aku berkenalan dengan beliau, kemudian sempat mengobrol dan mencari tahu berbagai informasi tentang curug ini.
"Disini pernah ada warga yang bernama Pak Idas. Ia ingin masuk ke gua yang berada di balik curug. Saat akan masuk ke dalam gua, Pak Idas justru terjatuh ke leuwi di bawahnya, kemudian meninggal dunia. Hal ini juga yang menjadi alasan beberapa orang menyebut curug ini dengan nama Curug Idas."
Selain karena alasan bahwa kolam air tersebut dalam dan memiliki pusaran air yang berbahaya, kejadian itu juga menjadi salah satu alasan supaya pengunjung tidak berenang di leuwi yang berada persis di bawah air terjun.
Untung saja leuwinya ga cuma satu. Air terjun mengalir ke sela-sela batu, kemudian berkumpul di leuwi selanjutnya. Nah di leuwi selanjutnya ini pengunjung boleh mandi tanpa khawatir, karena ada pengelola curug yang mengawasi dan siap sedia membantu para pengunjung.
![]() |
Di leuwi ini kita bisa berenang tanpa khawatir, karena tetap dalam pengawasan pengelola curug. Sumber foto : akun ig @tommy_pramuditya |
***
Sayang sekali kami tiba saat sudah siang, dimana pengunjung sudah banyak berdatangan. Mungkin lain kali kami akan kesini lebih pagi, supaya bisa leluasa berfoto tanpa ada cendol di background. Apalagi aku yang ga terlalu pede foto, tambah merasa kesulitan mencari gaya berfoto di tengah kepadatan pengunjung.
Setelah puas foto dan menikmati keindahan Curug Cikuluwung 1, team memutuskan untuk naik dan beralih ke curug satunya. Tempat pembelian tiket masuk Curug Cikuluwung 2 berada sekitar 20 meter sebelah kiri dari Gerbang Curug Cikuluwung 1. Harga tiket masuknya juga Rp.10.000/orang, dan ini juga sudah termasuk ke dalam sharecost.
![]() |
Pesona Curug Cikuluwung 2 Sumber foto : akun ig @dede_ulut |
Disini aku dan Wiwit memutuskan tidak ikut ke Curug Cikuluwung 2. Tadi saat makan siang, selain menceritakan tentang curug, Pak Musa juga menceritakan tentang banyak hal terkait Cikuluwung. Kami yang terlanjur penasaran dengan arti kata "Cikuluwung" ini akhirnya mencari tahu.
Saat team sedang trekking menuju Curug Cikuluwung 2, aku dan Wiwit menuju bendungan yang menjadi hulu dari sumber air terjun yang tadi kami gunakan untuk mandi atau sekedar main air. Bendungan tersebut tidak jauh dari tempat kami memarkirkan angkot. Jalurnya juga sudah berupa tangga semen, dan terlihat jelas.
Menyusuri anak tangga hingga ke bawah, kami tiba di tanah milik PLN, Sub unit PLTA Kracak. Disana aliran sungai dibendung lalu dibagi menjadi 2 aliran. Aliran pertama mengarah ke Curug Cikuluwung 1 dan 2 yang kami kunjungi. Wajar saja debit air curug tidak terlalu besar, ternyata itu karena adanya bendungan di hulu curug.
Aliran kedua mengarah ke sisi lain curug, melalui aliran air buatan, atau yang biasa warga sebut kuluwung. Panjang kuluwung dari bendungan yang kami lihat hingga ujung kuluwung di hilir sana sekitar 300 meter.
Kuluwung berada pada kedalaman 30 meter di bawah tanah, dengan diameter sekitar 2,5 meter. Kuluwung berakhir di basengkom atau penampungan di hilir. Sayang sekali kami tidak sempat melihat basengkom yang dimaksud.
"Ci dalam bahasa Sunda berarti air, sedangkan Kuluwung merupakan saluran air besar yang dibuat pada zaman penjajahan. Yang membuat tentunya adalah warga pribumi atas perintah penjajah." Itu kesimpulan dari obrolanku dengan Pak Musa.
***
Karena khawatir kelamaan, aku dan Wiwit memutuskan kembali ke parkiran. Ternyata teman-teman belum ada yang nongol.
"Mereka masih ada di curug bawah, Mbak." Kata pengunjung lain saat aku menanyakan keberadaan team kami. Curug bawah yang dimaksud adalah Curug Cikuluwung 2, bagian hilir Curug Cikuluwung 1.
Karena mereka masih di bawah, aku dan Wiwit akhirnya menghabiskan waktu mengobrol bersama Pak Musa di teras rumah yang tidak jauh dari parkiran.
"Tadi di perjalanan turun ke curug (Cikuluwung 1), mbak lihat ada toilet ga?" Tanya Pak Musa
Aku dan Wiwit mengingat-ingat, sebelum akhirnya ngeh "Iya ingat Pak. Yang di sebelah kiri sebelum turun tangga."
Beliau mengangguk mengiyakan. "Dulu, tempat yang sekarang dijadikan toilet di tangga curug adalah jembatan menuju seberang curug."
"Ohh berarti di seberang curug itu ada perkampungan, Pak?" Aku penasaran, karena tadi aku tidak melihat tanda-tanda kehidupan di seberang curug. Yang aku lihat hanyalah kerapatan hutan.
"Di seberang curug sana adalah perkampungan, juga sekolah. Saat itu warga sini yang sekolah di seberang melewati jembatan untuk menuju sekolah."
"Sekitar 70 tahun yang lalu, persis tanggal 17 Agustus, serombongan anak sekolah yang akan mengadakan upacara 17-an melintasi jembatan tersebut jatuh ke bawah. Dari semua korban yang jatuh, hanya 3 orang yang selamat, selebihnya meninggal dunia. Salah satu korban yang selamat adalah bibi saya." Ucap Pak Musa melanjutkan ceritanya.
***