Saat kuliah, Jodie menjalani hari-hari tanpa mencintai siapa-siapa. Menyenangkan saat Jodie bisa melakukan apapun yang ia mau. Menonton film yang ia suka, pergi kemanapun yang ia inginkan, berteman dengan siapapun yang membuat nyaman.
Setiap saat Jodie berjalan, ia melakukan kebodohan-kebodohan tanpa ada yang mengusili. Dan ini terjadi selama bertahun-tahun. Jodie lebih senang menghabiskan waktu bersama Gilang, teman kecilnya yang hingga kini terus bersama-sama. Terkadang Jodie menghabiskan waktu sendirian jika Gilang sedang menyebalkan. Sudah terlalu lama memang, hingga ia sadari kesendirian itu membuatnya nyaman, terlanjur nyaman untuknya membuka hati pada laki-laki.
Hingga suatu hari di gunung yang membuat Jodie jatuh cinta pada hutan dan kabutnya, Jodie bertemu seseorang untuk pertama kali. Belakangan Jodie tahu nama laki-laki itu adalah Mahendra. Jodie melihatnya sekilas di antara teman-teman sependakian yang lain, kemudian melihatnya lagi, hanya melihatnya. Di antara kecintaannya pada hutan dan kabut tempat itu, ada Mahen yang membuat perhatiannya terbagi.
Seperti biasa, Jodie punya pemikiran yang membuatnya bertahan dengan kesendirian selama bertahun-tahun. "Ahh paling ini hanya suka biasa, nanti juga hilang."
Setiap kali Jodie membutuhkan bantuan, selalu ada Gilang yang siap siaga. Setiap kali Jodie sedih, selalu ada Gilang yang membuat tertawa. Gilang adalah sahabat terbaik yang dimiliki Jodie. Bahkan di gunung itu pun, Jodie ditemani Gilang. Tentu saja atas kehendak ibunya Jodie. Jodie tidak diizinkan ke gunung. Tetapi jika Gilang ikut, ibunya akan dengan mudah mengizinkan.
Setelah mendaki bersama di gunung itu, Jodie tidak bertemu lagi dengan Mahen. Jodie kembali disibukkan dengan berbagai aktifitas, tentu saja Jodie menikmati aktifitasnya. Bertemu dengan orang-orang yang menyebalkan juga menyenangkan. Berjalan ke tempat-tempat yang ia inginkan, juga bertemu orang-orang baru. Mahen menjadi pudar, lalu hilang.
Hingga Jodie melakukan kekeliruan, nyatanya Mahen tidak benar-benar hilang dari fikiran Jodie. Semua kekeliruan terbukti hingga akhirnya Jodie bertemu Mahen, kembali. Jodie tahu ini tidak mudah. Jatuh cinta bukan hal menyenangkan, setidaknya itu menurut Jodie. Di satu sisi hatinya mengakui bahwa ia memang menyukai Mahen, di sisi lain Jodie dibayangi ketakutan-ketakutan.
Jodie tetap bersikeras bahwa menyimpan perasaan itu adalah pilihan, membuang perasaan itu jika perlu. Waktu demi waktu Jodie lewati dengan sulit. Berharap waktu berganti dan Mahen lekas pergi dari bayangannya.
Jika sudah begini, Gilang akan kena imbasnya. Hampir setiap hari Jodie akan menemui Gilang hanya untuk bercerita tentang Mahendra. Seperti minum obat, Gilang akan mendapatkan cerita yang sama berkali-kali, tiga kali sehari. Hingga jika ditanya, Gilang akan hapal persis susunan cerita yang diucapkan oleh Jodie.
Gilang memang bisa di andalkan sebagai sahabat. Gilang terus menyemangati Jodie. Bahkan berjanji akan melindungi Jodie jika terjadi sesuatu pada temannya itu. Gilang akan menjadi orang pertama yang sedih saat Jodie sakit hati. Bahkan Gilang bersedia menjadi mak comblang antara Jodie dan Mahen jika Jodie menginginkannya.
Cerah berganti hujan, tetapi hatinya sudah lebih dulu basah. Jodie sakit oleh kedua hatinya yang berlawanan. Jodie menyukai Mahen, tapi menolak tawaran Gilang untuk membantu menyampaikan perasaan Jodie ke Mahen. Hujan telah reda, hatinya basah kuyup. Waktu yang dinantikan tiba. Berpisah. Tidak bertemu lagi, setidaknya hingga hatinya kembali kosong. Jodie berharap tidak bertemu Mahen kembali hingga Jodie merasa membaik, dan melihat Mahen kembali tanpa perasaan apa-apa.
Tapi nampaknya Jodie begitu keras kepala. Jodie paham betul bahwa jatuh cinta bukan hal biasa buatnya, begitupun tentang melupakan.
Hari berganti minggu, minggu cepat berganti bulan, bulan berlari berganti tahun. Dan akhirnya, Jodie bertemu Mahen lagi. Mendaki bersama lagi. Suatu lingkungan pertemanan yang sama, dengan hobby yang sama memang selalu memiliki peluang bertemu, lagi dan lagi. Harusnya Jodie senang, tetapi nyatanya senang itu sedikit mengganggu. Bagaimana Jodie bisa senang tanpa Mahen mengetahuinya. Rasa ini Jodie dekap erat-erat, ia jaga kuat-kuat, berharap tidak setetes pun bocor.
Cinta sungguh merepotkan.
Jodie mencintai Mahen tetapi tidak punya keberanian untuk memilikinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar