Kamis, 19 April 2018

Waktu Part 22 : Andai Ayah Mengerti

Hari ini Jodie enggan keluar kamar. Perasaan kesalnya pada ayah belum reda, kalimat-kalimat yang semalam ayah ucapkan masih membekas. Jodie banhun saat matahari menyibak tirai jendela yang tidak ditutup secara keseluruhan. Jodie memang membiarkan tirai jendela kamarnya sedikit terbuka. Semalam sesaat setelah ayahnya keluar kamar, ia membuka sedikit tirai jendela untuk menyegarkan fikirannya yang kusut.

Tadi ibu mengetuk pintu berkali-kali, mengajak Jodie sarapan. Tetapi ia hanya membuka mata, tidak menyahut, kemudian kembali memejamkan mata. Fikirannya berlarian kesana-kemari. Ia tidak menyangka ayahnya akan begitu marah dan menyalahkan Gilang.

Jodie memang tahu ayahnya tidak menyukai Gilang karena penampilannya yang urak-urakan terlihat seperti laki-laki nakql dimata ayah. Apalagi semenjak Gilang memanjangkan rambut, semenjak itu ayah menjadi begitu anti dengan Gilang. Sungguh berbanding terbalik dengan ibu yang justru menganggap Gilang seperti anak sendiri.

Ahhh... andai saja ayah tahu jika Gilang yang sering membantu ibu di rumah saat ayah kerja di luar kota berbulan-bulan. Andai saja ayah tahu jika Gilanh yang jaik ke atap rumah saat genteng rumah bergeser dan menyebabkan rumah dimasuki berember-ember air hujan. Andai saja ayah tahu jika Gilang yang membantu Jodie merenovasi teras depan rumah menjadi lebih bagus, sehingga membuat ayah memuji-muji teras depan tersebut saat ayah baru pulang dari luar kota  beberapa waktu yang lalu.

Jodie geram pada ayah yang terlalu terobsesi menjadikan semua orang seperti dirinya. Air matanya kembali menetes. Jodie kembali mengingat kejadian tadi malam. Ia menatap keluar jendela, tetapi fikirannya tidak disana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Kal di @kalenaefris