Minggu, 08 April 2018

Waktu Part 11 : Pertemuan di Terminal

Gilang dan Jodie terus-menerus lari bersama setiap sore. Jika di hari pertama Jodie hanya sanggup lari sejauh 1,7 km. Di hari kedua Jodie sanggup lari sejauh 3 km. Hari ketiga sejauh 4 km, dan selanjutnya Jodie sudah bisa lari sejauh 5 km tanpa mampir ke warung sekitar perumahan.

Untuk perlengkapan Jodie bahkan sudah ia persiapkan sejak 5 hari sebelum pendakian. Jodie banyak bertanya ke Gilang tentang beberapa perlengkapan yang ia tidak miliki, kemudian sibuk mencari pinjaman. 

Hari yang dinantikan Jodie pun tiba. Sejak Jumat sore Gilang sudah berada di rumah Jodie untuk menjemput dan memamitkan Jodie ke ibunya.

"Perlengkapanmu ga ada yang kekurangan kan, Nak?" Tanya ibu memastikan.

"Udah lengkap kok, Bu." Sahut Jodie. Jodie sudah bersiap-siap. Ia mengenakan sepatu gunungnya, kemudian menggendong carrier. Setelah semua dirasa tidak ada yang tertinggal, Jodie mencium tangan ibunya yang diikuti oleh Gilang.

"Hati-hati ya, Nak!"
"Nak Gilang, ibu titip jagain Jodie ya!" Ucap ibu saat Gilang mencium tangan ibunya Jodie.

Di depan rumah Jodie sudah ada taxi yang tadi sempat Gilang berhentikan sesaat sebelum Jodie berpamitan. Setelah Gilang dan Jodie meletakkan carrier di bagasi mobil, mobil melaju menuju terminal. Mereka sudah janji bertemu di terminal. Beberapa teman sependakian sudah berada di sana.

Setelah 30 menit perjalanan, akhirnya Jodie dan Gilang tiba di terminal dan bertemu dengan team. Sudah ada 5 orang yang berkumpul. Total team kali ini hanya 6 orang. Mereka memang tidak mau banyak orang untuk pendakian kali ini.

"Supaya lebih mengenal satu sama lain." Itu alasan yang diberikan oleh Acen di warung beberapa waktu yang lalu saat Mahen bertanya tentang total team yang hanya 6 orang.

"Woyy, Bro!!" Acen terlihat yang paling semangat menyambut Gilang dari kejauhan. "Gue kira bakal terlambat lo!" Lanjutnya seraya bersalaman dengan Gilang. Gilang hanya tertawa saja mendengar ucapan Acen barusan. Acen sudah tahu dengan kebiasaan Gilang yang sering terlambat. Untungnya kali ini Gilang tiba tepat waktu, sehingga ia bisa terbebas dari celoteh Acen dan team.

"Hai Jod, gimana persiapan pendakiannya?" Tanya Acen seraya menyalami Jodie.

"Udah 90% lah, Cen hahaha. Mudah-mudahan sih gue ga ngerepotin kalian kayak pendakian sebelumnya."

"Gue malah senang kok direpotin oleh cewek cantik kayak elo!" Timpal Acen menggombali Jodie.

"Dasar tukang gombal!!!" Timpal Gilang yang dari tadi hanya mendengarkan, disahut oleh tawa teman-teman yang lain.

Team sekarang sudah terkumpul 5 orang. Mereka sudah berkenalan satu sama lain. Ada Gilang, Jodie, Acen, Agung, dan Jessica. Ada 2 cewek dan 4 cowok dalam pendakian ini. Jodie setelah berkenalan dengan Jessica, mereka langsung terlihat akrab. Mungkin karena hanya mereka berdua wanita dalam team.

"Jod, yang bareng sama lo kesini itu pacar lo ya?" Tanya Jessica disela obrolan mereka.

"Gilang maksud lo? Hahaha bukan lah. Dia itu sahabat gue dari kecil, Jess." Jawab Jodie sambil memperlihatkan kedua telunjuk kanan dan kiri yang dikaitkan. Jessica yang mengetahui itu hanya mengangguk-angguk.

"Emang kenapa, Jess?" 

"Ohh itu, ga kenapa-kenapa, Jod. Nanya aja kok." Jawab Jessica. Dan itulah suatu pertanyaan yang akan dipahami oleh Jodie beberapa waktu ke depan.

Dari total 6 orang, masih kurang satu orang lagi. Mahendra dari tadi belum kelihatan batang hidungnya. Agung sudah menghubungi Mahen 15 menit yang lalu, tetapi tidak di angkat. Jodie yang dari tadi mengobrol bersama Jessica diam-diam menguping pembicaraan mereka. Jodie was-was jika Mahen sampai tidak jadi ikut pendakian. Jodie ikut pendakian ini karena ada Mahen yang ikut serta, apa jadinya jika ternyata Mahen membatalkan di waktu-waktu terakhir keberangkatan mereka. Wajah Jodie bisa masam sepanjang pendakian jika itu sampai terjadi.

"Gue coba hubungi lagi deh!" Ucap Agung seraya mengeluarkan handphone dari saku celananya. Agung adalah teman dekat Mahen. Ia ikut pendakian ini juga karena ajakan Mahen.

Baru saja Agung akan menelepon, dari kejauhan terlihat sesosok laki-laki setengah berlari ke arah mereka.

"Sorry guys, gue terlambat ya?" Ucap Mahen dengan nafas ngos-ngosan.

"Sekarang sih ga terlambat, Hen. Tapi 15 menit lagi lo belum nyampe, terpaksa lo ditinggal hahaha." Timpal Acen yang di sambut dengan tawa teman-teman yang lain.

"Udah yuk, kita ke bus yang itu!" Ucap Acen sambil menunjuk bus yang tidak begitu jauh dari mereka.

Acen berjalan paling depan yang diikuti oleh team, termasuk Jodie yang membuntuti team di barisan paling belakang. Jodie tadi berharap bisa bersalaman dan berkenalan langsung dengan Mahen. Saat pendakian sebelumnya di salah satu pendakian akbar, ia dan Mahen tidak sempat berkenalan secara langsung, apalagi bertegur sapa. Jodie hanyalah seseorang yang melihat Mahen secara tidak sengaja di jalur pendakian, kemudian jatuh cinta pada pandangan pertama.

malam ini sepertinya Jodie tidak akan sempat mengobrol dengan Mahen secara langsung. "Tidak apa, masih ada waktu besok." Pikir Jodie menyenangkan hatinya sendiri.

Tanpa Jodie sadari, Gilang berjalan di belakang Jodie. Gilang tahu bahwa fikiran Jodie dipenuhi tentang perasaannya ke Mahen. Jodie berharap tidak ada yang tahu saat ia diam-diam memperhatikan Mahen. Tetapi Jodie lupa bahwa Gilang tidak bisa ia kelabui. Bahkan malam ini saat Jodie tidak sempat bertegur sapa dengan Mahen, Gilang tahu betul suasana hati Jodie.

Setelah meletakkan carrier di bagasi, satu persatu team masuk ke dalam bus. Acen duduk bersama Jessica, Mahen dan Agung, kemudian Jodie duduk bersama Gilang.

Tidak lama dari itu bus melaju meninggalkan kota. Jika tepat waktu, mereka akan tiba besok pagi. Sebelum pendakian besok, Acen menganjurkan team beristirahat untuk menjaga stamina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Kal di @kalenaefris