"Bangun.. sahur..!!"
"Bangun bangun.."
"Bangun udah jam 3.."
"Bangun.. sahur.."
Suara ini bukan dari jalan kompleks, gang sempit, ataupun broadcast. Tapi teriakan dari Pos 3 Gunung Sindoro.
Tidur malam ini sangat nyenyak, dingin juga tidak terlalu menjamah. Suara yang awalnya terdengar samar-samar sudah semakin jelas, di luar tenda sudah ada beberapa yang bangun. Tadi ada yang menepuk tenda kami, perlahan menyuruh bangun mengingatkan waktunya sahur. Oh iyaa, saat ini aku sedang mengikuti Trip ke Gunung Sindoro bersama rekan-rekan komunitas Backpacker Jakarta.
Kembali lagi ke cerita, setelah sekitar 5 menit di dalam tenda menyesuaikan dingin karena melepas sleeping bag, aku kemudian keluar tenda untuk ikut membangunkan rekan-rekan yang lain.
Bang Ipay dan Bang Ucup sudah berurusan dengan logistik. Ada yang sibuk mengeluarkan matras dari dalam tenda untuk alas sahur, kemudian mengalasinya lagi dengan kertas nasi. Ada yang menyeduh air panas, ada juga beberapa lelaki berdiri berbagi rokok sekedar mengusir dingin. Tidak menunggu lama, kami semua sudah berkumpul untuk sahur bersama.
Minggu, Sekira Pukul 05.00 WIB
"Jalurnya benar ga sih?"
"Iya kok jalurnya kayak sempit banget?"
"Ini kayak jalur babi deh"
"Udah.. ini jalurnya benar kok"
Jalur hanya cukup buat 1 orang dengan kiri kanan ilalang. Sudah sekitar 1 jam kami menanjak beriringan, saling mengingatkan untuk berhati-hati. Langit masih gelap, headlamp di kepalaku sudah sedikit remang, tetapi masih cukup jelas untuk melihat jalur.
Tidak berapa lama kami bertemu jalur berbatu. Sebagian dari kami langsung break untuk meluruskan kaki dan mengatur nafas. Menanjak saat berpuasa memang lebih susah. Aku mengatur langkah kaki sudah dari Pos 3, membuatnya seirama mungkin menghindari hentakan-hentakan tak berarti. Matahari belum kelihatan, satu persatu kami mulai melanjutkan summit. Aku menanjak sedikit demi sedikit, melewati batu demi batu.
Pemandangan di punggung kami sepanjang jalur sangaaattt indah, tidak berapa lama langit yang awalnya hitam mulai berubah kemerahan. Matahari mengintip sedikit demi sedikit. Aku, Ipay, dan Angel yang saat itu berjalan beriringan langsung berhenti dan menikmati pemandangan. Setelah puas di hipnotis merahnya langit, aku dan Angel menyempatkan diri untuk foto-foto, sedangkan Ipay melanjutkan perjalanan.
Minggu, Sekira Pukul 07.45 WIB
Jalur sangat terbuka. Di ujung sana rekan-rekan sudah hampir tiba di puncak. Tenggorokan sudah kering meminta istirahat. Niatku untuk mempertahankan puasa masih kuat, hanya sedikit istirahat rasanya cukup untuk memulihkan tenaga.
Setelah melewati jalur sedikit demi sedikit, aku tiba di puncak. Yeaayyyyyyy, finally lelahku terbayarkan. Plang merah bertuliskan 3153 Mdpl sudah di depan mata. Pemandangan sangat terbuka 360°. Terlihat Gunung Sumbing yang begitu perkasa, kemudian terlihat awan berarak serupa lautan, langit juga sangat cantik berwarna biru. Di puncak sudah ada sekitar 10 rekan sependakian, sedangkan sisanya masih di jalur menuju puncak.
Setelah beristirahat sebentar, kami berfoto bersama walaupun team belum lengkap. Satu persatu rekan memang mulai tiba di puncak. Dari puncak teriakan penyemangat di ucapkan bergantian untuk memotivasi rekan yang masih di jalur.
Minggu, Sekira Pukul 09.30 WIB
Beberapa dari kami mulai turun dari puncak. Aku, Angel, dan Bang Agus Mulyono berjalan beriringan. Jalur turun memang lebih cepat. Jalur juga sangat jelas, sepanjang turun kami nyatanya tidak melalui jalur babi ataupun jalur ilalang yang aku dan Angel sempat lewati. Sekitar 1 jam perjalanan, kami tiba di Pos 3.
Kerongkonganku sudah kering, matahari sudah perlahan naik, tetapi Pos 3 dan sekumpulan tenda membuat semangatku kembali. Farras yang sudah tiba di Pos 3 lebih dulu berbaik hati menawarkan hammock yang sudah di pasang tidak jauh dari tenda. Dan benar saja, tempatnya teduh dengan view Gunung Sumbing yang bersih tanpa awan.
Di Pos 3 masih terbilang sepi bahkan sudah ada beberapa yang tidur di tenda. Rekan yang lain kebanyakan masih di atas. Karena masih banyak waktu, aku memilih untuk tidur di hammock di temani Joox yang di putar pada mode offline.
Minggu, Sekira Pukul 13.30 WIB
Aku, Ipay, Angel, dan Farras berjalan beriringan. Jalur yang kami lewati sudah tanah dengan kiri kanan pepohonan dan rumput liar, bukan lagi bebatuan. Langit cerah seharian ini. Kami barusan melewati jalur serupa lorong pertanda sebentar lagi tiba di tempat ojek gunung Pos 1.
Ojek gunung sangat berguna saat ini, mengingat efisiensi waktu dan tenaga di bulan puasa harus tetap di pertimbangkan. Kerongkongan memang sudah kering dari tadi, untung saja jalur menurun yang belum ku lewati berupa jalur tanah yang sudah terbuka lebar, membuat perjalanan menjadi lebih ringan.
Langkah demi langkah di lewati, jalur tanah semakin terbuka lebar hampir 3 meter. 100 meter di bawah sana beberapa motor sudah mengantri siap mengangkut kami turun. Tidak butuh waktu lama karena 15 menit ke depan kami sudah tiba di basecamp.
Minggu, Sekira Pukul 15.10 WIB
Bus yang kami tumpangi bergerak keluar basecamp. Alhamdulillah semua rekan pendakian tiba di bawah dengan selamat.
Aku dan beberapa rekan yang masih puasa sudah membeli bekal di basecamp untuk berbuka di bus.
Sebagian rekan asik bercanda di bus, saling melempar banyolan, dan membahas perjalanan masing-masing.
Sebagian rekan asik bercanda di bus, saling melempar banyolan, dan membahas perjalanan masing-masing.
Foto-foto gunungnya keren, naik gunung pas puasa ?? Wih kakanya luar biasa
BalasHapusMakasih kak. iya pas puasa kak. itu juga karena percaya fisik lagi prima, lari rutin juga, makanya berani ambil trip ini 😁
HapusAku gak bisa buka link buat comment tp bisa liat ini. Jd numpang comment disini.
HapusAnak gunung pengalaman yg keren ya puasa di gunung
wah gue mah bakalan batal kalo puasa ke gunung ahha
BalasHapusBelum tentu bang dul.. udah merendah aja 😆
HapusAseli...keren banget ini....
BalasHapusThanks kak tuty 😊
Hapushebat iih Kal. usul saja, kata sekitar sebaiknya diganti dengan sekira. keep writing and cheer up
BalasHapusMakasih kak koreksinya. Aku emang ngerasa ada yang salah di penulisan blog nya. Seneng kalo di kasih tau gini 😘😘
Hapuskeren banget kak kal, lagi puasa naik gunung. setroong!
BalasHapusMakasih kak. Ini juga berani ambil trip karena fisik lg bagus. Kalo ga gitu ga berani atuh kak 😊😊
HapusWiww brapa hari itu mbak Kal puasa di gunung, sy pernah cuman sehari aja kering bgt rasanya...
BalasHapusTapi terbayar yah, Sindoro itu gunung Ciamik yg pernah aku sandangi, ndak nyeselllll lah, lelah terbayar sama tempat pemotretan disana.. Hihi
2 hari kak. Wkwkwk iyaa tenggorokan kering banget ya. Pas balik bibir langsung pecah-pecah krna panas dalam 😂. Tapi kyk kata kk, viewnya bagusss banget, cuaca juga cerah. Jadi lelah dan hausnya bener2 terbayarkan 😊
HapusYa ampuun, ga puasa aja aku udah dehidrasi bayanginnya.
BalasHapusLuar biasa. Muncak pas puasa. Salut
BalasHapusPas puasa keliling pasar tanah abang aja udah berat banget, apalagi naik gunung yang nanjak dgn udara yg ekstrim. Luar biasa!
BalasHapusKok kesannya maksain diri ya wkwkwk.
BalasHapusSaya juga punya temen, ikut lari sekitar 10 km dgn pace cepat dan dilakukan dengan puasa. Kalau saya sih ogah hehehe...
Wahh ajibbb bgt puasa-puasa di gunung.. mantab, ka
BalasHapusKeren ih kaka nanjak pas puasa.. salut 🖒🖒
BalasHapusWaah kuatnya nanjak sambil puasa.. Fotonya bagus kak, suka!
BalasHapuskeren puasa naik gunung.
BalasHapusbisa kuat gt,mantap.
www.belajaronlineshop.com
keren abis ihh puasa naik sindoro. gunung impiann nih setelah kemarin ke sumbing, jadi obses pgn ke sindoro ...
BalasHapusKeren kak puasa² muncak. Aku pas itu ke Sindoro ketemu Pak Kuat, baik banget sampe² diajak ke rumahnya, dimasakin, dan Pak Kuat bilang, "Saya dapat rejeki dari pendaki, makanya saya berbagi lagi sama pendaki".
BalasHapusDemi apah? Takjub saya, gila puasa-puasa Naik gunung. Pasti seneng nya berkali-kali lipat yaa. Ih Keren pisan! :D
BalasHapus