Senin, 14 Februari 2022

Cerita Rasa Timur Dari Tanah Papua dan Kepulauan Maluku di EcoNusa Outlook 2022

Hola bestie, siapa disini yang sudah pernah ke timur Indonesia seperti Tanah Papua dan Kepulauan Maluku? Yang belum pernah ke timur Indonesia semoga kita bisa kesana ya suatu saat nanti.


Saat mendengar timur Indonesia, aku langsung membayangkan laut yang jernih dan kaya dengan biota laut, pantai yang indah, hutan yang eksotis dengan beragam satwa dan tanaman endemik, juga gunung-gunung yang menjulang perkasa (teman-teman pendaki mungkin sudah gak asing dengan Gunung Binaiya yang menjadi Seven Summit Indonesia dan Gunung Jaya Wijaya / Cartenz yang menjadi Seven Summit Dunia)


Di timur Indonesia, manusia hidup harmonis dengan alam. Masyarakat memanfaatkan alam yang kaya di Tanah Papua dan Kepulauan Maluku sebagai sumber penghidupan dan dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat adat.


Jika kita ke timur Indonesia, kita bisa melihat langsung harmonisasi antara manusia dan alam disana. Manusia dan alam di timur Indonesia memiliki ikatan rasa yang kuat. Rasa sebagai wujud syukur karena alam masih menghidupi.


Masyarakat timur Indonesia menjaga hutan dan laut di Indonesia Timur yang berperan penting dalam menjaga iklim. Hutan dan ekosistem lautnya yang sangat melimpah mampu menghasilkan oksigen yang kita hirup dan menyimpan polusi karbon yang kita hasilkan.


Namun, keberadaan hutan dan laut di Indonesia Timur tak bebas dari ancaman. Ancaman itu dapat mengambil hak-hak masyarakat adat dan menguras sumber kehidupan hanya untuk segelintir orang dan kekuasaan. Ini memunculkan rasa kekhawatiran masyarakat adat dan pesisir atas hilangnya sumber penghidupan.




EcoNusa Foundation, Membangun Narasi Wilayah Timur Indonesia

Beberapa waktu lalu aku menghadiri kegiatan EcoNusa Outlook 2022 di Hotel Sari Pan Pacific Jakarta. Sebelum lebih jauh menceritakan tentang EcoNusa Outlook 2022, aku mau mengenalkan EcoNusa ke teman-teman.


Yayasan Ekosistim Nusantara Berkelanjutan (EcoNusa Foundation) merupakan organisasi nirlaba yang bertujuan mengangkat pengelolaan sumber daya alam yang berkeadilan dan berkelanjutan di Indonesia dengan memberi penguatan terhadap inisiatif-inisiatif lokal. Untuk itu, EcoNusa mendorong pembangunan dan pengembangan kapasitas kelompok masyarakat madani, bekerja sama dengan mereka untuk mengembangkan strategi untuk advokasi, kampanye, komunikasi dan pelibatan pemangku kepentingan.


EcoNusa juga mempromosikan dialog antarpemangku kepentingan untuk makin mengembangkan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan sekaligus juga untuk mengangkat keadilan, konservasi, dan transparansi. Yayasan ini resmi berdiri sejak 21 Juli 2017 dan berbasis di Jakarta.


Yayasan EcoNusa menjembatani komunikasi antara pemangku kepentingan di wilayah timur Indonesia (Tanah Papua dan Maluku). Tujuannya untuk memaksimalkan praktik terbaik dalam hal perlindungan lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan berdasarkan prinsip keadilan melalui kegiatan nyata bersama masyarakat lokal. Yayasan EcoNusa juga mempromosikan nilai-nilai kedaulatan pengelolaan dan konservasi sumber daya alam kepada para pembuat kebijakan baik di tingkat daerah maupun nasional.



Econusa Outlook 2022

Walaupun aku belum pernah ke timur Indonesia, namun acara EcoNusa Outlook 2022 yang aku datangi beberapa waktu lalu bikin merinding dan memberi banyak sekali insight.


Acara ini memberikan banyak pelajaran dan informasi penting, tentang bagaimana kita melihat ke depan untuk menyongsong langkah baru tanpa lupa untuk belajar dari masa lalu, supaya kita bisa melangkah dengan tepat dan bijaksana, terutama dalam upaya mengelola sumber daya alam di timur Indonesia.


Acara Econusa Outlook 2022 dibuka dengan tarian khas Papua oleh komunitas tari Noken Lab. Kostum dan tarian Papua yang khas membuatku semakin kagum dengan budaya timur Indonesia.


Setelah itu, Ibu Amalia Adininggar Widyasanti, S.T., M.Si., M.Eng., Ph.D., selaku Deputi Bidang Ekonomi Bappenas memberikan pemaparan terkait pertumbuhan ekonomi di Indonesia secara mikro pada tahun 2020-2021. Beliau menyampaikan jika di tahun 2021 ekonomi Indonesia bertumbuh 3.69%. Pertumbuhan ini tentunya didorong oleh pertumbuhan ekonomi di kawasan timur Indonesia yaitu Kawasan Maluku – Papua sebesar 10.09%. Hal ini dikarenakan tingginya pertumbuhan investasi dan ekspor produk nikel dan turunannya di Provinsi Maluku Utara, serta emas dan tembaga Freeport di Papua.



EcoNusa Outlook 2022 menghadirkan narasumber Bupati Kabupaten Sorong Johny Kamuru, CEO Yayasan EcoNusa Bustar Maitar, Pdt. Batseba Reyna Tuasela dari Gereja Protestan Indonesia di Papua, dan Yulince Zonggonau selaku Pendamping Masyarakat Adat Teluk Arguni, Kaimana.


Penyelenggaraan acara Outlook EcoNusa 2022 ini sebagai pengenalan program EcoNusa kepada masyarakat luas dan menciptakan transparansi terkait EcoNusa sebagai lembaga nirlaba yang mengedepankan pengelolaan sumber daya alam berkeadilan dan berkelanjutan di Indonesia dengan memberikan penguatan terhadap inisiatif-inisiatif lokal di Tanah Papua dan Maluku.


Yayasan EcoNusa mengajak seluruh masyarakat Indonesia dan dunia untuk saling menguatkan bersama masyarakat adat di Indonesia Timur menjaga benteng terakhir hutan dan laut sebagai penopang iklim dan penghidupan berkelanjutan.



Timur Indonesia, Benteng Terakhir Penopang Iklim dan Kehidupan Berkelanjutan

Hutan di tanah Papua dan Maluku memegang peranan penting sebagai benteng terakhir Indonesia untuk berkontribusi pada keseimbangan perubahan iklim global. Sebab bila hutan tersebut rusak, maka akan berdampak pada krisis iklim yang akan membawa musibah pada bumi dan isinya, termasuk manusia.


Untuk mempertahankan hutan di Tanah Papua dan Maluku, diperlukan kerjasama semua pihak untuk bersama saling menjaga kelestarian alam di sana supaya keberadaan hutan tetap terjaga baik, dan ancaman krisis iklim yang terjadi tidak semakin parah.


Bapak Bustar Maitar selaku CEO Yayasan EcoNusa menyampaikan bahwa perubahan iklim itu sudah terjadi, bisa kita rasakan dan lihat secara langsung di sekitar kita.


“Tidak usah jauh-jauh, jika kita ke pesisir Jakarta, kita sudah bisa melihat masjid dan bangunan lain yang tanggelam, ini menunjukan bahwa perubahan iklim itu nyata. Untuk itu, kita harus menjaga iklim kita, supaya tetap stabil, salah satunya dengan menjaga hutan. Sebab bila hutan hilang, maka semua akan ikut hilang.” Ujar Bapak Bustar.


CEO Yayasan EcoNusa, Bustar Maitar

Untuk itu, Yayasan EcoNusa bersama dengan masyarakat Adat dan juga mitra terus melakukan berbagai upaya dalam mewujudkan kelestarian hutan di Indonesia Timur sebagai benteng terakhir untuk penopang iklim dan kehidupan berkelanjutan.

 

Untuk menjaga keberadaan hutan dan kelestarian alam ini, tentu diperlukan dukungan dan tindakan tegas dari pemerintah, seperti yang dilakukan oleh pemerintah Papua Barat yang berani mencabut izin perusahan yang tidak mengelola lahan dengan baik, dan berkomitmen untuk mengembalikannya kepada masyarakat adat.


Dr. Johny Kamuru, S.H., M.Si. yang merupakan Bupati Kabupaten Sorong mencabut izin usaha perkebunan dua perusahaan dalam rangkaian pelaksanaan evaluasi perizinan perkebunan kelapa sawit yang ada di Papua Barat.


Aksi tersebut dilakukan bersama dengan Pemerintah Provinsi Papua Barat sejak bulan Juli 2018 lalu. Dalam perjalanannya beliau sempat digugat oleh kedua perusahaan tersebut yang diajukan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara Jayapura, namun pada akhirnya dimenangkan oleh beliau dan semua wilayah yang dicabut perizinannya dikembalikan kepada pemerintah serta didorong pengelolaannya kepada masyarakat adat.


Bupati Kab. Sorong, Papua Barat, Dr. Johny Kamuru, S.H., M.Si.


Upaya terkait izin kelapa sawit tersebut diakui oleh Bapak Bustar sebagai sebuah langkah yang nyata untuk menyelamatkan hutan dan semua sumber daya alam, untuk memperkuat hak-hak masyarakat adat, dan untuk memberikan ruang kepada masyarakat untuk lebih mandiri dalam mengelola sumber daya alamnya.


Dalam perjalanannya, EcoNusa juga bertujuan untuk menjaga hubungan baik dengan mitra strategis yang telah bekerjasama dengan EcoNusa dalam mewujudkan visinya yaitu “kedaulatan masyarakat untuk pengelolaan sumber daya alam yang berkeadilan dan berkelanjutan.”


Bustar Maitar mengatakan, dalam semangat membangun Rasa Timur pengembangan nilai tambah komoditas yang dihasilkan masyarakat akan menjadi fokus penting. Selain itu, membangun dan mengembangkan kapasitas pengetahuan serta keterampilan dalam mengelola sumber-sumber alam dalam mendukung ekonomi lokal akan terus dikembangkan.


Pemaparan yang disampaikan oleh Bapak Bustar Maitar didukung dengan peluang usaha yang diciptakan oleh Ibu Pendeta Batseba Reyna Tuasela dan komunitas setempat.


Ibu Pendeta Batseba merupakan perwakilan dari Gereja Protestan Indonesia di Papua untuk distrik Muting yang dialiri sungai bernama Sungai Bian. Sungai Bian merupakan salah satu cagar alam yang memiliki keanekaragaman flora dan fauna, diantaranya Ikan Sumpit dan Ikan Arwana. Pada masa itu, ikan sumpit dan ikan arwana terancam keberadaannya karena ada gangguan dari predator, yaitu ikan gabus.


Pdt. Batseba Reyna Tuasela, Gereja Protestan Indonesia di Papua


Dengan bergerak bersama akhirnya Ibu Pendeta Batseba dan komunitas masyarakat dapat mengubah ancaman menjadi peluang usaha, salah satunya dengan memanfaatkan ikan gastor yang diolah menjadi abon. Sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.


Selain Ibu Pendeta Batseba, EcoNusa juga menghadirkan sosok inspiratif yang merupakan wanita timur Indonesia, Yulince Zonggonau.


Pendamping Masyarakat Teluk Arguni, Yulince Zonggonau


Yulince Zonggonau merupakan Pendamping Masyarakat Teluk Arguni, Kaimana, Provinsi Papua Barat yang merantau untuk menuntut ilmu lalu memutuskan kembali ke kampung halaman untuk mengabdikan diri di kampung halaman hingga akhirnya beliau ditawari bekerja di Teluk Arguni, Kaimana.


Bersama EcoNusa, Kakak Yuli berfokus untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pala karena tanaman pala merupakan komoditas utama yang tumbuh subur disana.  Kakak Yuli juga mendorong masyarakat sekitar untuk bersama-sama mengelola perkebunan dari awal hingga panen.



Acara EcoNusa ini enggak berasa cepat banget selesainya. Kelima narasumber yang hadir sangat inspiratif dan memiliki dedikasi yang tinggi terhadap tanah timur Indonesia. Semoga suatu saat kita bisa ke timur Indonesia secara langsung yaa dan melihat secara nyata keelokan alam dan budaya timur Indonesia.




3 komentar:

  1. Keren banget acara EcoNusa ini ya kak, benar-benar membuka mata dan wawasan kita bahwa masih ada bagian Timur Indonesia yang kaya dan hebat

    BalasHapus
  2. Pengen banget ke Papua dan Maluku . Pengen jelajah Indonesia timur jugaaa kak . Aamiin smoga bisa kesana

    BalasHapus
  3. Waahh..keren banget nih programnya, jadi Indonesia bagian Timur juga terekspos ya

    BalasHapus

Follow Kal di @kalenaefris