Jogja, Solo, dan Semarang tentunya bukan kota yang asing didengar. Terlebih untuk teman-teman travel enthusiast yang sudah terbiasa bepergian keluar kota.
Aku pun sebelumnya sudah pernah mengunjungi kota-kota tersebut dengan berbagai kepentingan, mulai dari liburan di kotanya, mendaki gunung di sekitarnya, atau urusan pekerjaan.
Tapi ini pertama kalinya aku mengunjungi ketiga kota tersebut dalam sekali perjalanan melalui Transmate Journey, dan rasanya menarik untuk aku ceritakan di blog ini. Dari perjalanan ini aku baru tahu kalo Jogja, Solo, Semar (JOGLOSEMAR) merupakan wilayah segitiga emas yang berada di Jawa Tengah.
Kawasan ini menjadi pusat perkembangan ekonomi di Jawa Tengah baik dari sektor wisata hingga industri, dan memiliki mobilitas warga antar daerah yang tinggi. Seperti banyak warga Solo yang bekerja di Jogja, dan begitu sebaliknya.
Karena inilah pemerintah memberikan perhatian khusus dengan membangun konektivitas sebagai dasar perekonomian yang kokoh.
Perjalanan Menuju JOGLOSEMAR
Aku dan Bowo, rekan Transmate Journey JOGLOSEMAR memulai perjalanan dari Jakarta ke Semarang menggunakan Kereta Api Argo Bromo Anggrek.
Ngomongin tentang KA Argo Bromo Anggrek, PT KAI meningkatkan pelayanan dengan mempercepat waktu tempuh KA Argo Bromo Anggrek relasi Gambir-Surabaya Pasarturi PP menjadi hanya 8 jam 30 menit per 1 Juni 2021 setelah sebelumnya waktu tempuh KA ini adalah 8 jam 44 menit.
Sedangkan untuk rute Gambir - Semarang Tawang menempuh waktu hanya 4 jam 55 menit. Dengan durasi perjalanan yang lebih cepat, waktu kami menjadi lebih efisien dan tetap nyaman dengan penerapan protokol kesehatan di kereta api.
Di kereta juga kami menuju gerbong restorasi untuk makan siang. Sebelumnya aku ga mau berekspektasi lebih terhadap makanan di kereta, tapi pas beli ternyata makanannya enak-enak. Oiya, di gerbong restorasi ini juga kita bisa menyaksikan demo masak chef loh.
Mengenang Sejarah di Semarang
Di hari pertama Transmate Journey, tempat pertama yang kami kunjungi di Semarang yaitu Lawang Sewu. Kami menuju ke Lawang Sewu menggunakan transportasi umum Trans Semarang. Ongkos perjalanan naik Trans Semarang hanya 3,500. Enggak jauh beda seperti Trans Jakarta.
Lawang Sewu adalah gedung bersejarah milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang awalnya digunakan sebagai Kantor Pusat perusahaan kereta api swasta Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM)
Lawang Sewu didirikan pada tahun 1904. Masyarakat menyebut tempat ini dengan nama Lawang Sewu karena memiliki pintu yang sangat banyak. Walaupun sudah lama berdiri dan terlihat tua, bangunan di Lawang Sewu ini masih kokoh dan terawat.
Selain menikmati eksotisme bangunan Lawang Sewu yang bergaya eropa, kita juga bisa napak tilas perjalanan Kereta Api di Indonesia di masa Belanda. Di salah satu sisi gedung, kita bisa mengitari ruangan yang berisi informasi tentang perkeretaapian di jaman dulu.
Setelah cukup puas di Lawang Sewu, kami menuju ke destinasi selanjutnya yaitu Dusun Semilir Ecopark. Disini pun kami melanjutkan perjalanan menggunakan transportasi umum kembali, yaitu Trans Jateng ke arah Bawen dengan ongkos hanya 4.000
Dusun Semilir Eco Park adalah bangunan dengan arsitektur unik yang menyerupai stupa Candi Borobudur. Selain itu, disini juga ada banyak wahana keluarga yang bisa dilakukan.
Pelabuhan Tanjung Emas Semarang
Di hari kedua Transmate Journey, kami menuju pelabuhan di pagi hari dan melihat secara langsung Mercusuar Willem III yang menjadi saksi bisu pertumbuhan Semarang dari waktu ke waktu.
Mercusuar Willem III dibangun pada tahun 1884 oleh pemerintah kolonial Belanda dalam rangka menjadikan Semarang sebagai kota pelabuhan dan dagang. Apalagi dulu Pelabuhan Tanjung Emas Semarang menjadi sarana ekspor gula ke luar negeri.
Setelah ke mercusuar, kami bergeser untuk melihat bongkar muat barang. Di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang kami berkesempatan melihat bongkar muat bungkil dan batubara.
Perjalanan Menuju Solo
Setelah selesai dari Semarang, aku dan Bowo langsung menuju Solo. Di Solo kami langsung menuju Museum Batik Danar Hadi.
Museum Batik Danar Hadi didirikan sejak tahun 1967. Tempat ini menyuguhkan koleksi batik kualitas terbaik dari berbagai daerah seperti batik asli keraton, batik China, batik Jawa Hokokai (batik yang terpengaruh oleh kebudayaan Jepang), batik pesisir (Kudus, Lasem dan Pekalongan), batik Sumatera dan berbagai jenis batik lainnya.
Museum ini memiliki koleksi kain batik mencapai 10.000 helai (yang dipertunjukkan di museum sebanyak 1.000 helai) dan sudah diakui MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai museum dengan koleksi batik terbanyak. Pengunjung dapat melihat proses pembuatan batik bahkan bisa mengikuti workshop pembuatan batik secara langsung.
Menurutku tempat ini harus banget teman-teman datangi saat ke Solo, karena kita bakal dapat ilmu yang bagus banget seputar dunia perbatikan. Museum Batik Danar Hadi sangat mudah dijangkau dan dilalui oleh Transportasi Umum seperti Batik Solo Trans.
Batik Solo Trans adalah angkutan cepat bus / BRT yang beroperasi di kota solo dan menjadi moda transportasi publik masyarakat Solo.
Menikmati Sarapan di Pasar Gedhe & Mengunjungi Museum Keraton Kasunan Surakarta
Solo merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang masih kental akan budaya dan adat kebiasaan jawa. Disini banyak yang bisa kita eksplor mulai dari wisata budaya hingga kuliner.
Aktifitas pagi kami dimulai dengan sarapan di Pasar Gedhe Harjonagoro Solo. Sekalian melihat secara lebih dekat transaksi sehari-hari dan bagaimana perputaran uang bisa terjadi di pasar Solo.
Setelah itu kita bisa melanjutkan destinasi menggunakan BST. Transportasi umum di Surakarta juga mudah dijangkau karena Batik Solo Trans (BST) akan melewati berbagai tempat wisata yang ada di Solo.
Sama seperti Museum Batik Danar Hadi, Museum Keraton Kasunan Surakarta juga berada tidak jauh dari halte pemberhentian BST. Batik Solo Trans menunjukkan jika transportasi di sini sudah sangat maju.
Kita lihat suasana di dalam Museum Keraton yuk!. Museum Keraton Kasunan Surakarta berada di dalam Kawasan Keraton Kasunanan Surakarta. Ini adalah museum khusus yang mengoleksi benda-benda budaya peninggalan Keraton di jaman dulu.
Setelah mengelilingi museum, kami beranjak menuju Terminal Tirtonadi dan Stasiun Solo Balapan untuk melihat secara langsung bagaimana terminal dan stasiun sudah terintegrasi.
Setelah itu kami berpindah ke Jogja menggunakan Commuter Line (KRL) rute Solo - Jogja. Ongkos perjalanan sebanyak Rp. 8.000 dengan lama perjalanan 68 menit.
Hari Terakhir JOGLOSEMAR
Di hari terakhir JOGLOSEMAR, hari kami dimulai dengan menuju DAMRI yang berada di Malioboro. Aku dan Bowo berencana akan ke Candi Borobudur yang berada di Magelang dengab menggunakan DAMRI.
Ongkos DAMRI cujup terjangkau karena harganya hanya 25.000.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar