Semakin dewasa, semakin banyak lika-liku kehidupan yang dilalui, semakin banyak juga memori yang terekam. Dalam hidup kita selalu menginginkan kebahagiaan dan memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap banyak hal. Namun kita suka lupa bahwa ekspektasi tersebut tidak selalu sesuai dengan kenyataan.
Hidup memang tidak selamanya menyenangkan. Ada kalanya kita mendapatkan cobaan yang membuat kita kecewa dan menangis. Penolakan, dilupakan, ditinggalkan, dikecewakan oleh orang-orang terdekat membuat kita patah hati.
Belum lagi masalah lain dalam hidup seperti pekerjaan, pertemanan, relationship membuat terlalu banyak yang harus difikirkan. Kekecewaan yang sudah diambang batas berujung trauma, sakit hati dikecewakan oleh pasangan, teman, ataupun keluarga sudah menggoreskan luka dalam.
Tanpa kita sadari kita membuat benteng pertahanan tak kasat mata. Kita berharap bisa terhindar dari ancaman rasa sakit yang bisa saja datang kembali ke peristiwa dan masalah tertentu. Lama-lama trauma kita menjadi semakin dalam hingga mati rasa.
“People try to hide their pain. But they’re wrong. Pain is something to carry, like a radio. You feel your strength in the experience of pain. It’s all in how you carry it. That’s what matters. Pain is a feeling. Your feelings are a part of you. Your own reality. If you feel ashamed of them, and hide them, you’re letting society destroy your reality. You should stand up for your right to feel your pain.”- Jim Morrison
Artinya: Orang-orang berusaha menyembunyikan rasa sakit mereka. Tapi mereka salah. Rasa sakit adalah sesuatu untuk dibawa, seperti radio. Kamu bisa merasakan kekuatan saat mengalami rasa sakit. Itu semua tergantung bagaimana kamu membawanya. Itu yang penting. Rasa sakit adalah perasaan. Perasaanmu adalah bagian dari diri kamu sendiri. Realitas dirimu. Jika kamu merasa malu, dan menyembunyikannya, kamu justru membiarkan orang lain menghancurkannya. Kamu punya hak untuk merasakan perasaanmu.
Ada yang trauma dengan kecoa? Saat kita trauma terhadap binatang ini, otak kita secara refleks memberi signal ketakutan saat binatang ini muncul. Untuk orang yang memiliki trauma berat bahkan ga mau ada orang menyebut "kecoa" di sekitarnya.
Atau dalam kehidupan sehari-hari, ada orang yang trauma menjalin relationship ke teman atau pasangan. Kekecewaan mendalam membuat kita tidak mau lagi mengenal atau menjalin interaksi dengan orang lain. Secara tidak langsung ini membuat kita menjadi menyendiri.
Pada trauma, kita ga bisa mengenali emosi yang sedang dirasakan, merasa hampa, flat, ga bisa berkonsentrasi, merasa linglung, dan merasa terlepas atau terpisah dari lingkungan sekitar.
Kita mengalami kesulitan saat berinteraksi dengan orang lain, merasa tidak nyaman dan menghindari interaksi sosial.
“Nobody will protect you from your suffering. You can’t cry it away or eat it away or starve it away or walk it away or punch it away or even therapy it away. It’s just there, and you have to survive it. You have to endure it. And you have to live through it and love it and move on and be better for it and run as far as you can in the direction of your best and happiest dreams across the bridge that was built by your own desire to heal” – Cheryl Strayed
Artinya: Tidak ada yang akan melindungimu dari penderitaanmu. Kamu tidak bisa menangis atau memakannya atau membuatnya kelaparan atau membiarkannya pergi atau meninju atau bahkan mengobatinya. Itu hanya ada di sana, dan kamu harus bertahan. Kamu harus menanggungnya. Dan kamu harus menjalaninya dan menyukainya dan terus maju dan menjadi lebih baik untuk itu dan berlari sejauh yang kamu bisa.
Trauma ringan bisa hilang dengan sendirinya dengan berjalannya waktu dan membangun mindset yang bagus. Kita bisa cerita ke orang terdekat, menuangkannya dalam tulisan, atau melakukan aktifitas yang disukai seperti melukis, menonton, liburan, dll.
Tapi untuk trauma berat dan ga mau orang-orang terdekat tau tentang masalah yang kita alami karena dianggap aib seperti perkosaan, pembullyan, dll kita butuh seorang Healer yang memahami kondisi kita dan membantu melepas beban yang terasa berat.
Mengikuti Ecourse di P3KE
Bangkit dan pulih dari trauma masa lalu memang ga mudah dan membutuhkan proses. Kadang saat proses healing, ada kalanya luka datang dan pergi. Tapi kita ga boleh pasrah dengan keadaan hingga terpuruk.
Untuk berdamai dengan trauma, akupun melakukan healing dengan mempelajari e-course TRAUMA dari platform "Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Emosi" (P3KE) di laman p3ke.com.
Ecourse ini mengajak kita mengenal lebih dekat trauma yang kita alami, memahaminya, dan menjinakkannya agar kita bisa hidup berdampingan dan saling menguntungkan dengan trauma yang kita miliki.
Ada 7 lesson di Ecourse yang aku ambil ini, yaitu :
- Selamat Datang
- Definisi Trauma
- Ketika Anda Menjadi Korban dan Mengalami Trauma
- Ketika Orang Terdekat Anda Mengalami Trauma
- Pertolongan Pertama Pada Trauma
- Terima Kasih
- Support Grup
Setelah kita menyelesaikan e-course P3KE, kita bisa bergabung dengan group support di facebook sebagai wadah komunikasi. Di sini kita bisa saling memberikan support kepada sesama anggota grup. Mba Irma selaku healer juga membuka sesi konsultasi dengan melakukan live Facebook secara rutin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar